25 Tahun geluti profesi tukang kuras wc manual

25 Tahun geluti profesi tukang kuras wc manual

Berurusan dengan kotoran manusia atau tinja dalam keseharian bagi kebanyakan orang tidaklah mudah, sama halnya dengan Pak Suratno Pria berusia (46) tahun, saat pertama kami dia memutuskan untuk berkerja sebagai tukang kuras WC manual pada 25 tahun lalu yang kebetulan merupakan warisan usaha dari ayah mertuanya.

“dulu saat pertama kali kuras WC ya sama saja saya merasa jijik, sampai seharian tidak ingin makan, tapi lama – kelamaan ya sudah terbiasa” Ujar Pak Suratno kepada kami, ia bercerita sambil tersenyum mengingat awal mula dirinya memilih berprofesi seebagai tukang kuras WC manual.

Kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sekaligus meneruskan usaha ayah mertua yang saat itu sudah memiliki 8 gledek untuk menguras WC secara manual, membuat pria asal Bojonegoro ini memilih profesi itu.

“Dulu dia pernah berkerja sebagai tukang becak, namun karena pendapatan tukang becak tidak mencukupi, dan kalah bersaing dengan angkutan umum lain, akhirnya saya memutuskan nguras WC. Sampai sekarang ini saya juga tidak pernah berfikir untuk berganti profesi lain, karena umur saya juga sudah tua, mau kerja apalagi ? ya mau tidak mau kerja nungguin ini lah” tambah Pak Suratno.

25 Tahun geluti profesi tukang kuras wc manual
25 Tahun geluti profesi tukang kuras wc manual

Bertempat di seberang jalan Lawang Seketeng Gang 2, Peneleh, Genteng, Surabaya, Suratno menunggui  lima gledek milik ayah mertua yang tersisa setelah tiga gledeknya disita Satpol PP.

“Sebelum disini dulu tempatnya di Pandean, tapi sama warga situ diminta untuk pindah, akhirnya pindah disini dengan syarat satu bulan saya bayar parkir untuk gledek saya ini Rp.150 ribu,” ujar Suratno.

Pak Suratno juga menjelaskan perbedaan sedot WC menggunakan mobil tangki dengan kuras WC manual yang dia lakoni, salah satu kelebihan kuras WC manual bisa menjangkau wilayah padat penduduk seperti kampung. Karena menggunakan gerobak jadi bisa masuk ke dalam gang – gang kecil yang tidak bisa diakses mobil sedot WC.

“Selain itu menggunakan sedot WC itu kadang kurang bersih, karena tinja yang sudah lama di dalam septic tank sudah berupa lumpur padat atau tanah kan tidak bisa di sedot, ya bisanya pakai cara manual ini pakai serok, dan cangkul itu. Kalau gak bisa diambil ya saya terpaksa turun untuk mengambil tinja yang sudah berubah menjadi tanah itu,” ungkap Suratno.

Meskipun penghasilan tidak ia dapatkan setiap hari, namun bagi Suratno pendapatannya setiap kali menguras masih bisa mencukupi keluarganya, dibandingkan pekerjaan yang dulu sempat ia lakoni, yakni tukang becak.

“Dulu saya pertama kali kerja ini satu gledeknya itu masih Rp.30 ribu, sekarang tarif paling murah Rp.150 ribu, tergantung pada ukuran sepiteng WC nya. Memang ini tidak setiap hari kerja, tapi kalau dibandingkan hasilnya ya lumayan, sekali nguras bisa Rp.300-400 ribu, itupun kan cuma semalam. Kadang satu minggu nguras tiga sampai empat kali, tapi juga pernah gak nguras sama sekali,” tandasnya.

Tanpa menggunakan promosi melalui brosur yang tertempel di tiang listrik seperti halnya sedot wc, Suratno hanya mengandalkan gerakan mulut ke mulut, serta berjaga di samping gledeknya. Ia memiliki pelanggan bukan hanya dari kawasan Surabaya, namun sampai kawasan Sepanjang Sidoarjo.

Dengan menggunakan peralatan seperti pikulan, linggis, cetok, battle, dan palu, Suratno membutuhkan waktu kurang lebih satu jam untuk sekali pengerjaan.

“Pertama kita linggis dulu, kita buka, lalu tinjanya dikasih minyak seperti karbol dan pengharum pakaian untuk mengurangi baunya, dulu sih pakai minyak sirih, nah terus diaduk sama serok dan cangkul, baru kita angkut pakai timba lalu dipikul dan dimasukkan ke gledek,” ujar Suratno menjelaskan proses pengerjaan kuras wc manual.

Setelah pengerjaan kuras WC, Suratno akan membuang tinjanya diarea lahan kosong namun tidak sembarangan supaya tidak mengganggu masyarakat.

“Kalau untuk pembuangan tinjanya itu di lahan kosong, Saya gali dulu lahan itu lalu tinjanya dimasukkan, baru kemudian saya uruk lagi. Jadi seumpama dapat pesanan nguras jauh, saya cari dulu tempat pembuangan yang pas, baru setelah itu bisa dikerjakan,” tambah Suratno.

“ Selama saya 25 tahun geluti profesi tukang kuras WC manual ini, saya juga sering mendapati WC yang tersumbat, untuk pengerjaan WC tersumbat lebih susah dari pada nguras dan penyebab utama tersumbat itu saya selalu menemukan pembalut. Jadi kalau gak mau WC di rumah tersumbat ya jangan buang pembalut kedalam lubang WC, kalau menyiram WC sehabis buang air besar usahakan menggunakan air yang banyak supaya kotoran tidak mampet ditengah saluran,” pungkas Suratno.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!