Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) Gumuruh Kota Bandung

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Gumuruh Kota Bandung

IPLT Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja merupakan pengolahan air limbah yang dirancang untuk menerima dan mengolah lumpur tinja yang berasal dari sistem setempat (on site) yang diangkut melalui sarana pengangkutan lumpur tinja. Menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 4 Tahun 2017 tentang sistem Pengolahan Air Limbah Domestik, IPLT merupakan sub sistem pengolahan dalam SPALD – S Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat. Keberadaan suatu IPLT di suatu Kota dinilai sangat penting mengingat lumpur tinja dilarang untuk dibuang langsung ke sungai, atau badan air. Dikarenakan mengandung pencemaran organik yang tinggi. Selain itu lumpur tinja mengandung Asam, Posfor dan Nitrogen yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada air limbah domestik.

Pada dasarnya Kota Bandung belum memiliki instalasi pengolahan lumpur tinja secara khusus, sekarang ini lumpur tinja dari pengolahan setempat, tempat tampungan septic tank masyarakat disedot dan dibuang ke jaringan perpipaan air limbah domestik kota Bandung. Tentunya sistem ini tidaklah ramah lingkungan mengingat beban lumpur kotoran tinja yang berpotensi besar menganggu sistem pengolahan air limbah domestik. Oleh sebab itu sekarang ini Kota Bandung sedang mengembangkan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja baru yang bertempat di Gumuruh yang berada di Kecamatan Batununggal. Bangunan IPLT Gumuruh, Batununggal ini dibangun dari bekas kontainer peti kemas. IPLT Gumuruh Bandung memiliki kapasitas tampungan pengolahan lumpur tinja sebesar 20 m3 per harinya. Dengan kapasitas ini mampu mengolah limbah tinja dari 6 sampai 8 truk sedot tinja dengan kapasitas rata – rata tangki truk tinja yaitu 2 – 3 m3, jumlah ini masih termasuk kecil jika dibandingkan dengan kapsitas pengolahan tinja IPLT keputih Surabaya.

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Gumuruh Kota Bandung
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Gumuruh Kota Bandung

Pengolahan lumpur tinja di IPLT Gumuruh dilakukan dengan menggunakan metode pengolahan biologi. Pengolahan ini dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk menguraikan kandungan organik karbon yang terkandung didalam lumpur tinja. Metode pengolahan biologi yang digunakan yakni Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). MBBR menggunakan sistem fluidized attached growth yaitu mikroorganisme yang tumbuh dan berkembangbiak dengan melekat pada suatu media (Metcalf dan Eddy, 2003). Keuntungan dari MBBR yaitu tidak memerlukan adanya reskulasi lumpur dan tidak memerlukan lahan yang luas. Teknologi MBBR yang dimanfaatkan di IPLT Gumuruh ini terdiri dari tahap aerob, fakultatif dan anaerob. Gambar berikut menunjukkan alur pengolahan lumpur tinja di IPLT Gumuruh Kota Bandung:

Proses pengolahan lumpur tinja di IPLT Gumuruh ini diawali dengan unit penyaringan. Unit penyaringan atau screening berfungsi untuk memisahkan padatan besar (coarse material) seperti sampah yang berpotensi ikut terbawa didalam lumpur tinja. Penyaringan ini penting untuk diakukan karena berpotensi dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pipa dan peralatan mekanik seperti pompa. Kemudian, lumpur tinja dipompa dengan menggunakan vacuum pump yang ada di truk ke bak pengumpul. Bak pengumpul bertujuan untuk mengumpulkan lumpur tinja dan menyeragamkan kualitas lumpur tinja sehingga karakteristik lumpur tinja dapat lebih konstan. Penyeragaman kualitas dilakukan juga agar tidak terjadi beban kejut (shock loading) pada unit pengolahan selanjutnya.

Lumpur tinja dari bak pengumpul selanjutnya akan dipompakan ke separator yang berfungsi sebagai pemisah material padatan dari lumpur tinja. Selanjutnya, lumpur tinja dialirkan ke bak aerob. Pada bak aerob, proses pengolahan lumpur tinja dilakukan dengan kehadiran oksigen. Oksigen pada bak aerob ini disuplai menggunakan aerator. Pada bak aerob ini akan terjadi proses nitrifikasi dimana nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat (NH4+ à NO3 ). Konsentrasi oksigen terlarut (DO) > 2mg/l dengan pH berkisar antara 7,0 sampai 8,3 merupakan persyaratan yang harus diperhatikan untuk mengoptimalkan proses nitrifikasi (Sawyer, dkk., 2003).

Setelah melewati proses aerob, limbah tinja dialirkan ke bak fakultatif. Pada bak fakultatif ini terjadi pegolahan kombinasi antara aerob dan anaerob. Dimana proses aerob terjadi pada bagian atas bak dan proses anaerob pada bagian dasar bak. Setelah dari bak fakultatif selanjutnya lumpur tinja diolah pada bak anaerob. Pada bak anaerob ini terjadi pengolahan air limbah tanpa kehadiran oksigen. Pada bak anaerob terjadi proses denitrifikasi yakni nitrat diubah menjadi gas nitrogen

Dari bak anaerob limbah akan dialirkan ke bak clarifier, pada bak ini terjadi proses pengendapan. Lumpur yang memiliki masa jenis lebih besar akan mengendap ke dasar bak dan sedangkan air yang terkandung pada limbah akan berada di permukaan bak. Air pada permukaan bak clarifier akan dialirkan menuju bak outlet, sedangkan lumpur akan diolah pada unit filter press. Pada unit filter press ini kandungan air yang masih terkandung dalam lumpur akan dikurangi.

Air yang merupakan hasil pengolahan lumpur tinja yang ditampung pada bak outlet selanjutnya akan dialirkan ke perpipaan air limbah PDAM. Perpipaan tersebut akan membawa air limbah ke Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) yang terdapat di Bojonngsoang, Kabupaten Bandung. Hal ini dilakukan dikarenakan kualitas air hasil pengolahan lumpur tinja belum memenuhi baku mutu Peratura Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

Alur pengolahan lumpur tinja pada instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) gumuruh kota bandung ini sedikit berbeda dengan pengolahan lumpur tinja yang biasa dilakukan di IPLT pada umumnya yang sudah berjalan. Pada IPLT umumnya proses anaerob lebih dulu dilakukan sebelum proses aerob, karena alasan keterbatasan beban pengolahan yang lebih rendah, sehingga prosesnya ditempatkan sesudah proses anaerob. Selain itu pengolahan anaerob juga merupakan jenis pengolahan yang dinilai paling bagus untuk mengolah limbah dengan beban organik yang tinggi seperti lumpur tinja. Pengolahan aerob biasanya ditambahkan jika pengolahan secara anaerob belum memenuhi baku mutu yang disyaratkan. Pengolahan secara anaerob juga dipilih karena mampu menyisihkan beban organik yang tinggi, lumpur yang diproduksi sedikit, penyisihan patogen yang tinggi, menghasilkan gas methan yang dapat dimanfaatkan , dan kebutuhan energi yang rendah.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!