Populasi tikus kota yang merajalela

Populasi tikus kota yang merajalela

Luar biasa itu yang ada dibenak saya ketika untuk yang pertama kalinya melihat seekor tikus di Kota Surabaya lewat di depan mata. Keheranan bukan karena tidak pernah melihat tikus sebelumnya, tapi karena binatang pengerat di kota tersebut berbeda dengan tikus di desa, di tempat saya tinggal.

Perbedaan yang dimaksud terletak pada ukuran tubuhnya. Ukuran tikus di kota ternyata lebih besar bahkan bisa dikatakan dua kali lipat dari ukuran tikus yang ada di pedesaan, sekitar 200 sampai 600 mm. Alhasil saya yang sebelumnya tidak begitu merasa ngeri ketika melihat tikus, sekarang mulai berusaha menghindarinya ketika melihatnya, terutama tikus yang berada di kota Surabaya.

Saya merasa, tikus – tikus di kota mengerikan dan menjijikkan. Selain ukuran tubuhnya yang besar, tikus – tikus ini juga terlihat kotor dan bau. Mungkin karena hal itulah makanya kucing di perkotaan tidak menjadikan tikus sebagai buruan untuk dijadikan santapannya. Padahal sebetulnya kucing sangat doyan dengan tikus. Itulah sebabnya rumah – rumah di pedesaan umumnya memelihara kucing untuk memburu tikus dan sebagai cara supaya tikus tidak sampai masuk rumah dan berkembang biak di sana.

Populasi tikus kota yang merajalela
Populasi tikus kota yang merajalela

Kalau dalam film kartun Tom and Jerry, di mana Kucing (Tom) mengejar – ngejar Tikus (Jerry) untuk dijadikan santapan, tapi di lingkungan kota sama sekali tidak berlaku. Justru kucing yang malah takut melihat tikus terbalik sudah.

Untuk menemukan tikus – tikus kota Anda tidak perlu bersusah payah mencarinya. Mereka (tikus) hidup dan menghiasi berbagai tempat yang membuat mereka nyaman, yaitu tempat yang gelap, kotor, bersampah, dan penuh sisa makanan, seperti saluran pembuangan (got), lubang sampah, pusat perbelanjaan, dan lain – lain.

Bahkan pengalaman penulis sendiri, jika menyusuri jalanan Kota Surabaya terutama pada malam hari, rasanya hampir tidak pernah tidak melihat tikus berkeliaran di pinggiran jalan kota, apalagi yang tempatnya kotor dan sunyi. Begitu mudahnya menemukan tikus yang populasinya cenderung meningkat. Ini merupakan cerminan dari lingkungan yang buruk.

Semakin lama populasi tikus di kota semakin meningkat, sejalan dengan meningkatnya produksi sampah di Kota Surabaya. Seperti sebuah berita baru – baru ini, bahwa terjadi peningkatan produksi sampah di kota Surabaya, dari 1300 ton per hari menjadi 1700 ton per hari. Sampah tersebut berasal dari 21 kecamatan di Kotan Surabaya, sebagian besar merupakan hasil dari konsumsi masyarakat.

Tentunya peningkatan produksi sampah tersebut merupakan keadaan yang menguntungkan bagi tikus, karena hidup tikus – tikus tersebut bergantung dari sampah dan limbah atau sisa – sisa makanan yang dihasilkan oleh masyarakat. Apalagi seperti yang Anda ketahui, keberadaan sampah di Kota Surabaya masih belum terurus dengan baik. Ditambah masih banyak masyarakat membuang sampah sembarangan. Sehingga dengan mudahnya Anda menemukan tumpukan sampah. Padahal tumpukan sampah menjadi sasaran empuk bagi tikus – tikus ini.

Semakin tidak terurusnya sampah apalagi sampah rumah tangga yang biasanya menghasilkan sisa makanan, sisa sayur dan sebagainya maka keberadaan tikus juga akan semakin susah dikendalikan. Tikus akan berkembang biak dengan baik dan populasinya semakin merajalela. Tidak menjadi masalah jika keberadaan tikus – tikus ini memberikan dampak positif bagi lingkungan, namun dalam kenyataannya tidak begitu atau jikapun ada mungkin tidak sebanding dengan dampak negatif yang ditimbulkannya. Tikus – tikus kota ini telah menjadi hama yang mengganggu, merugikan bahkan membahayakan masyarakat.

Dampak negatif tikus bagi masyarakat

Jika di pedesaan tikus sudah menjadi hama yang merugikan petani karena bisa merusak tanaman di ladang, terutama padi sebagai makanan pokok, maka di perkotaan masalah tikus ini menjadi lebih kompleks.

Banyak rumah yang terganggu karena tikus – tikus ini. Tidak sedikit persediaan makanan yang dihabiskannya, perabotan rumah tangga dirusak, tikus masuk lubang kloset dan sudut – sudut rumah dicemari oleh kotoran dan kencing yang dihasilkannya. Semua itu dikarenakan tikus sudah bersarang dan berkembang biak di rumah.

Lebih daripada itu, kebiasaan tikus yang menyukai tempat – tempat kotor dan memakan makanan yang tidak lagi steril, menjadikannya salah satu hewan pembawa penyakit yang berbahaya. Penyakit dimaksud adalah leptospirosis atau kencing tikus, yang disebabkan adanya bakteri leptospira. Penyakit ini tidak dapat dianggap sepele, karena dapat menyebabkan gagal ginjal, penyakit kuning dan bahkan sampai merenggut nyawa sesorang.

Leptospirosis menular kepada manusia melalui air dan makanan, namun bisa juga disebabkan penggunaan barang – barang yang telah terkontaminasi kencing tikus. Penyebaran penyakit ini telah melanda kota – kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Ambon, Pekanbaru dan lain – lain.

Penyakit ini paling banyak menyerang saat hujan atau banjir. Sebab pada saat itu, air yang telah terkontaminasi kencing tikus dengan mudah mengenai tubuh manusia. Proses penularannya semakin cepat dan berbahaya jika mengenai bagian tubuh yang terluka.

Pencegahan dan menghindari penyakit ini adalah menjaga lingkungan dari kehadiran tikus – tikus kota dengan membersihkan dan mengkondisikan lingkungan rumah dari segala kotoran yang dapat mengundang kedatangan tikus-tikus ini. Perhatikan juga kebersihan aliran parit tempat tikus bersembunyi.

Tempat penampungan air harus diberi penutup supaya tidak terkena kotoran dan kencing tikus. Tempat penyimpanan sampah sementara, tong sampah sebaiknya diletakkan pada tempat yang lebih tinggi.

Cara – cara pencegahan di atas akan membuat Anda hidup di dalam lingkungan yang nyaman dan aman dari ganguan tikus – tikus kota ini. Meskipun dipasaran banyak produk pengusir tikus yang dijual dipasaran, namun cara yang paling baik dan efektif adalah dengan menjaga kebersihan pada lingkungan Anda.

Karena alasan itulah, prilaku buruk masyarakat yang masih saja tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan harus segera diubah. Populasi banyaknya tikus di lingkungan kota semakin tinggi dan membahayakan. Kota Surabaya yang menjadi langanan banjir disebabkan masalah sampah, tentu saja sangat rentan untuk masyarakatnya terjangkit berbagai penyakit, salah satunya penyakit leptospirosis (kencing tikus). Tingginya populasi tikus di kota menjadai ancaman serius dan harus segera diatasi.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!