Apakah air hasil olahan limbah tinja layak untuk minum dan wudhu?

Apakah air hasil olahan limbah tinja layak untuk minum dan wudhu?

Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah PD PAL Jaya baru saja meluncurkan alat pengolahan limbah tinja yang menghasilkan air bersih. Namun apakah air hasil olahan limbah tinja layak untuk minum dan wudhu ?

Beberapa hari yang lalu, wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno hadir dan meresmikan penggunaan alat Instalasi Pengolahan Air limbah IPAL milik PD PAL Jaya di daerah Duri Kosambi, Jakarta Barat.

Pada acara peresmian tersebut, Sandiaga Uno sempat mengatakan jika mesin terebut bisa mengolah limbah tinja menjadi air yang siap untuk diminum.

Apakah air hasil olahan limbah tinja layak untuk minum dan wudhu?
Apakah air hasil olahan limbah tinja layak untuk minum dan wudhu?

“Air tinja yang dioleh oleh PD PAL Jaya bisa dilakukan suatu proses yang biasanya memakan waktu tujuh hari kerja dan menjadi air buangan, sekarang ini dalam waktu setengah jam saja bisa menjadi air yang bisa di-utilittas, malah sebetulnya layak minum,” Kata Sandiaga Uno pada saat peresmian alat pengolahan tinja tersebut.

Pernyataan wakil gubernur ini sontak menjadi viral

Masyarakat kemudihan berkomentar mengenai kelayakan air bersih hasil olahan limbah tinja ini untuk diminum. Belum lagi, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam kemudian bertanya – tanya apakah air ini juga bisa digunakan untuk mensucikan diri sebelum ibadah shalat atau wudhu.

Direktur Utama PD PAL Jaya Subekti kemudian mengoreksi pernyataan yang dilontarkan Sandiaga Uno. Menurutnya air yang dihasilkan dari pengolahan PD PAL adalah air untuk kebutuhan utilitas, bukan air untuk diminum.

“PD PAL mengembangkan ini memang tujuannya bukan untuk air minum, tujuannya mengolah limbah ini menjadi baku mutu yang lebih baik. Tujuan kedua tentu efisiensi biaya pengolahan sehingga kita harus berinovasi,” ujar Subekti kepada awak media.

Hal ini pun diamini oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Isnawa Adji.

Menurut dia, banyak negara memang sudah menerapkan teknologi pengolahan air limbah untuk air minum. Namun, air olahan dari mesin hasil temuan dua anak negeri ini dikhususkan untuk utilitas perawatan.

“Penjernihan air memang air dari mana-mana, lalu di-treatment dengan tingkat Ph dan asam lebih teknis, ada sisi tertentu air itu bisa diarahkan untuk air minum, tapi memang lebih dipakai untuk merawat kota, misalnya untuk tanaman, untuk membilas kawasan-kawasan tertentu,” jelas Adji.

Awal mula inovasi pengolahan limbah tinja

Dirut PD PAL Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah Jaya, Subekti kemudian menjelaskan dua tantangan dalam pengolahan limbah tinja di DKI Jakarta yang menjadi awal mula inovasi pengolahan limbah tinja ini dimulai.

Sekarang ini dalam melakukan pengolahan limbah tinja masih menggunakan cara konvensional. Selain memakan waktu yang lama hingga tujuh hari kerja, baku mutu air yang di hasilkan dari proses pengolahan pun masih belum dapat memenuhi batu mutu air bersih yang dimandatkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 68 Tahun 2016 tentang standar baku mutu air limbah domestik.

Untuk mengukur kualitas air limbah, parameter yang dipakai adalah kadar aktivitas mikroorganisme dalam air (Biological Oxygen Demand/BOD), dan kadar jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik dalam air (Chemical Oxygen Demand/COD).

Turut pula diperhatikan kadar kotoran yang tampak (Total Suspended Solid/TSS), kadar minyak dan lemak, kadar amonia, serta kadar total bakteri Coliform.

“Dengan treatment sekarang ini baik itu konvensional maupun mechanical itu memang hasil baku mutunya itu juga berat untuk memenuhi baku mutuh Permen LH No.68 dari IPLT ini.

Selain itu, biaya operasional untuk memproses secara konvensional juga tergolong mahal dan lama.

“Sehingga kita berinovasi bagaimana ada pengembangan terkait treatment ini,” cetusnya.

Sekitar satu setengah tahun lalu, pihaknya bertemu dengan dua penemu alat pengolah limbah menjadi air besih yang sudah diaplikasikan di lokasi pengeboran minyak di Pekanbaru, Riau.

Dia lalu meminta dua penemu, Andri Oba dan Chairunnas, untuk mengembangkan alat serupa untuk mengolah air limbah tinja.

“Tentu memisahkan minyak dengan air berbeda dengan memisahkan kotoran. Itulah yang kita kembangkan kemudian kita kerjasama dengan pencipta alat ini dan kemarin hasilnya bisa untuk mengolah limbah lumpur tinja,” ujar dia.

Lebih efisien dan kualitas lebih baik

Setelah proses pengembangan selama sekitar satu tahun, pada akhir Mei lalu mesin ini diresmikan. Teknologi baru yang dinamai Andrich Tech System ini diklaim bisa mengubah limbah tinja menjadi air bersih dalam waktu 30 menit.

Merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Bahan Baku Mutu Air Limbah Domestik, kadar BOD dalam satu liter air limbah ditetapkan tak boleh lebih dari 30 miligram per liter. Sedangkan air olahan dari mesin Andrich jauh lebih rendah dari itu.

“Kemarin hasil alat ini itu BODnya bisa mencapai 3 [miligram per liter], itu kan sangat bagus sekali. Ini yang perbaikan kualitasnya luar biasa. Sebelumnya, BOD sekitar 75-an,” ujar Subekti.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebutkan bahwa penggunaan alat baru tersebut mampu mengolah 80 m3 limbah tinja menjadi 60 m3 air bersih dalam waktu kurang lebih 30 menit.

Dia menargetkan pemasangan 200 unit alat tersebut secara bertahap di permukiman padat Jakarta untuk mengatasi permasalahan limbah.

Dalam peresmian yang digelar 23 Mei lalu, Sandiaga Uno melihat sendiri air limbah yang pekat menjadi jernih setelah diolah hanya dalam waktu setengah jam. Dia bahkan sempat menadahkan air pada kedua tangannya dan terlihat mengarahkan air tersebut dalam mulutnya.

Layakkah diminum dan menyucikan diri?

Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah air hasil olahan limbah tinja layak untuk minum dan wudhu?

Meski kualitas air bersih dari olahan teknologi ini setara dengan baku mutu air bersih di Singapura, Dirut PD PAL Jaya, Subekti, menegaskan bahwa air bersih ini bukan untuk dikonsumsi, melainkan untuk utilitas kebersihan.

“Hasil ini adalah air bersih, bisa digunakan untuk siram-siram taman, cuci mobil dan sebagainya. Tapi untuk nanti sampai dikonsumsi dan sebagainya itu kapasitasnya bukan di PD PAL lah yang menyampaikan,” ujar dia.

Tak bisa dipungkiri, air bersih hasil olahan tinja ini menimbulkan polemik di masyarakat. Masyarakat Indonesia yang notabene beragama muslim kemudian mempertanyakan apakah air olahan limbah ini bisa digunakan untuk menyucikan diri sebelum melakukan ibadah, atau wudhu. Bagaimana tanggapan Subekti?

“Ya termasuk itu, itu bukan kapasitasnya PD PAL. Tetapi memang kenapa pertanyaan ini muncul karena kebetulan itu tinja, coba kalau riset kami misalnya ada di sungai, orang akan menganggap biasa saja,” belanya.

Padahal, Bekti melanjutkan, sungai di Jakarta pun penuh dengan polutan. Misalnya, Sungai Ciliwung mengandung bakteri e-colinya sebanyak 35 juta per 100 cc, padahal baku mutunya hanya 3000 miligram per liter.

“Mungkin nggak seheboh ini kalau saya ujicoba di depan kantor, saya ambil dari Ciliwung kemudian kita olah, mungkin orang akan menganggapnya biasa saja alat ini,” kata dia.

Mengomentari permasalahan ini, Wakil Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan mengatakan air hasil olahan limbah tinja itu harus diuji dahulu jika ingin digunakan untuk keperluan sehari – hari, apalagi jika digunakan untuk Wudhu.

Pengujian itu harus memenuhi dua aspek yaitu kebersihan dan kehalalan. Menurut Amirsyah Tambunan alat pengujian itu juga harus dengan teknologi yang memenuhi standar halal dan terjamin kualitas kebersihannya dari virus dan bakteri.

Namun ternyata, pengolahan limbah tinja tidak sampai di situ saja. Subekti menuturkan saat ini pihaknya tengah melakukan riset untuk mengembangkan zat padat dari olahan limbah tinja untuk digunakan sebagai energi alternatif.

“Nah ini yang kita coba riset untuk jadikan briket. Ternayata briket ini cukup prospektif. Karena riset kami nilai kalorinya 3.000-4.500 kilo kalori, itu sepadan dengan batubara muda,” kata dia.

Dia mengilustrasikan, 1 kg dari hasil limbah tinja bisa untuk membakar selama 2 jam secara terus menerus.

Selain itu, gasifikasi dari hasil olahan limba tinja ini juga mampu menghasilkan listrik.

“Kita uji coba dengan gasifikasi, 12 kg itu bisa menyalakan 5000 watt selama 20 menit,” imbuh Subekti.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!